Isi Blog ini

terdiri dari banyak tulisan; antara tulisan 'ilmiah', artikel buletin, opini, puisi, komentar film (biasa diberikan kode "RF"), lirik lagu, beberapa kutipan, atau apapun saja yang dinilai baik untuk dibagikan sebagai pengalaman bersama..

Selamat menikmati.

Tamu

Rekanan Situs

Rekanan Situs
Klik Gambar di Atas untuk berkunjung ke Pasar Grosir Tas; Drawstring, Tote, Sling, etc. Tas kanvas, tas blacu, tas furing, dll.
Ayiko Musashi. Diberdayakan oleh Blogger.

Kunjungi Juga

Kunjungi Juga

Welcome to

Welcome to

Terjemah

Artikel Pop

Menuju Ke

Kamis, 31 Mei 2012

Lokalitas Tafsir al-Ibriz


PROPOSAL PENELITIAN

“LOKALITAS TAFSIR AL-IBRIZ”
Diajukan Sebagai Pemenuhan Tugas Ujian
METODOLOGI PENELITIAN AGAMA DAN FILSAFAT

Oleh Abdul Haris Akbar





A.     Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adala kitab suci yang turun menjadi petunjuk kehidupan bagi umat Islam.[1] Fungsi ini terus demikian dari sejak zaman nabi Muhammad hingga masa di mana umat Islam hidup hari ini. Satu adigium yang selalu lekat dengan al-Qur’an adalah sifatnya yang shalih li kulli zaman wa makan, senantiasa kontekstual dalam setiap zaman dan tempat.[2]

Universalitas al-Qur’an ini bukanlah sebuah produk jadi. Ia perlu diperjuangkan melalui serangkaian kegiatan ijtihad intelektual yang dinamai dengan “tafsir”. Ada faktisitas historis yang tidak bisa dipungkiri. Al-Qur’an telah turun sekian abad yang lalu kepada audiens Arab yang sudah built-in dengan segala tata sosial-budayanya yang kompleks. Bahasa yang digunakan juga tersituasikan oleh nuansa bahasa masyarakat saat itu. Di sisi lain, umat Islam yang hidup pada hari ini tidak mengalami “akal budaya” tersebut. Lebih dari itu, kita memiliki faktisitas historis sendiri.[3]

Ada jarak dan fakta sejarah yang berbeda. Untuk alasan menjembatani komunikasi lintas ruang dan waktu inilah lahir disiplin ilmu tafsir al-Qur’an. Ada serangkaian tata aturan, ilmu alat yang harus dikuasai, metode-metode, serta perangkat lain yang diperlukan untuk kegiatan “menafsir” tersebut. [4]

Dalam perjalanannya, aktivitas menafsir al-Qur’an ini memunculkan “warna-warni” corak dan ragam yang variatif. Di sana muncul tafsir yang lebih bernuansa fikih, maka disebut tafsir fiqhi. Ada tafsir yang filosofis, maka dinamai tafsir falsafi. Ada yang aksentuasinya menafsirkan secara sufistik, disebut tafsir sufi. Yang berkencenderungan menafsirkan dengan nuansa ilmiah dinamai tafsir ilmi. Kemudian juga yang kental dengan analisis sastrawi disebut tafsir adabi. Demikian variasi terus mengelompok dalam kategori-kategori. Fenomena ini selanjutnya dikaji dalam disiplin ilmu yang disebut “Madzahib at-Tafsir”.[5]

Tata cara penyajian juga tidak kalah variatifnya. Pilihan ini adalah wilayah kreatif mufassir. Sebanyak apa wujud kreatifitas tersebut sebanding dengan jumlah ide kreatif di kepala para mufassir. Ada yang dikemas dalam rubrik Koran yang selalu terbit setiap hari.[6] Ada yang menyajikannya secara tematik, seperti gaya Quraish Shihab.[7] Ada yang sifatnya menafsirkan utuh 30 juz, urut dari juz pertama hingga terakhir. Bentuk ini bisa terbagi menjadi dua model. Ada yang penjelasannya global, yang disebut dengan tafsir ijmali seperti Tafsir Jalalain, dan ada juga yang penjelasannya panjang-lebar, disebut dengan tafsir tahlili seperti Tafsir al-Kassyaf. Ada juga yang menafsirkan utuh 30 juz, tapi urutan ayat yang ditafsirkan tidak tartib mushafi (sesuai dengan sistematika mushaf al-Qur’an), melainkan berdasarkan tartib nuzuli (urutan ayat dalam penurunan kewahyuannya), seperti yang dilakukan oleh Abid al-Jabiri.

Di Indonesia sendiri, ragam diversitas aktifitas menafsirkan al-Qur’an juga sangat menarik. Howard Federspiel melalui buku Kajian Al-Qur’an di Indonesia memotret upaya memahami al-Qur’andalam bahasa Indonesia.[8] Islah Gusmian melanjutkan kajian ini dengan sistematisasi dan peridisasi yang lebih detail. Salah satu tema menarik di dalam buku Khazanah Tafsir Indonesia milik Islah adalah saat mendiskusikan geliat penulisan tafsir al-Qur’an di Indonesia. Lebih khususnya pada tema “Bahasa Melayu-Jawi dalam Penulisan Tafsir di Nusantara”.[9]

Masalah bahasa dan pilihan aksara yang digunakan dalam menulis tafsir menjadi hal yang unik di Indonesia ini. Hari ini kita hampir menemukan karya tafsir selalu ditulis dalam bahasa Indonesia dan aksara roman, semisal karya tafsir yang disusun oleh A. Hassan, Mahmud Yunus, TM. Hasbi Ash-Shiddiqiy, Hamka, atau Quraish Shihab dengan tafsir Al-Misbah-nya.. Pada periode awal, karya tafsir di Nusantara banyak disusun dalam bahasa Melayu-Jawi, dengan aksara Arab pegon. Beberapa yang tergolong demikian antara lain: Tarjuman al-Mustafid karya Abdurrauf al-Sinkili, atau Kitab Fara’id al-Qur’an dan Tafsir Surah al-Kahfi.

Beberapa periode berikutnya, model kemasan tafsir ini kurang popular, karena bahasa dan aksaranya yang terbatas pada kalangan tertentu saja. Era penjajahan Belanda semakin menegaskan ketidakpopuleran tersebut dengan mengenalkan aksara roman. Pergeseran pemilihan aksara ini mempengaruhi para mufassir dalam menyajikan penafsirannya. Jika awalnya banyak tafsir ditulis dalam bahasa daerah dan aksara Pegon, maka setelah pergeseran ini, bahasa daerah masih dipakai, tapi aksara yang digunakan adalah roman, tidak lagi pegon. Ada negosiasi sosial-budaya dalam konteks ini. Keterpengaruhan ini bisa dilihat dalam karya Tafsir al-Qur’an Suci Basa Jawi atau Iklil li Ma’ani at-Tanzil karya KH. Misbah Zainul Mustafa.

Satu karya tafsir yang menarik untuk diperhatikan adalah tafsir Al-Ibriz yang disusun oleh KH. Bisri Mustofa.[10] Uniknya terletak pada gaya penyajiannya yang masih mempertahankan gaya lama. Bahasanya menggunakan bahasa daerah Jawa, dengan aksara Arab Pegon. Pilihan ini tentu satu diferensiasi di tengah arus romanisasi dan pembahasa-Indonesia-an karya-karya tafsir yang ada.

Keunikan inilah yang dikaji lebih jauh di dalam proposal penelitian ini. Untuk membedah nuansa lokalitas ini, penulis mencoba membedahnya melalui sosiologi, lebih khusus pada asas sosiologi tentang “Masyarakat, Kebudayaan dan Adaptasi Manusia” sebagaimana yang ditulis oleh Stephen K. Sanderson dalam buku Makro Sosiologi.[11]

B.     Rumusan Masalah
Rangkaian deskripsi latar belakang masalah di atas, pada akhirnya mengantarkan pada pertanyaan penelitian mengenai lokalitas tafsir Al-Ibriz, yakni “Apa latar belakang penulisan karya tafsir Al-Ibriz dengan menggunakan bahasa daerah Jawa, dan sekaligus aksara Arab-Pegon?”

C.     Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap motivasi, pertimbangan, serta keterpengaruhan karya tafsir Al-Ibriz dengan audiens dan lingkungan di sekitar tafsir Al-Ibriz ditulis.

D.    Tinjauan Pustaka
Beberapa buku yang terkait dengan tema penelitian ini, di antaranya adalah apa yang sudah ditulis oleh Abdul Mustaqim dengan bukunya yang berjudul Aliran-Aliran Tafsir Madzahibut Tafsir dari Periode Klasik hingga Kontemporer. Buku memberikan eksposisi global mengenai keragaman metode, gaya, serta nuansa tafsir. Buku ini tidak membahas tafsir Al-Ibriz, akan tetapi model metodologi dan pemeridisasian yang dipraktikkan cukup membantu penelitian ini.[12]

Islah Gusmian dalam buku Khazanah Tafsir Indonesia dari Hermeneutika hingga Ideoogi, yang memberikan klasifikasi-klasifikasi secara sistematis. Tafsir Al-Ibriz menjadi salah satu tafsir yang juga masuk dalam penelitian buku ini. Hanya, porsinya sangat singkat saja, mengingat ada sekitar 23 karya tafsir lain yang juga menjadi obyek kajian buku ini.[13]

Buku yang lain adalah yang ditulis oleh Howard M. Federspiel, Kajian Al-Qur’an di Indonesia Dari Mahmud Yunus Hingga Quraish Shihab. Buku juga menyoroti keragaman tafsir di Indonesia. Lebih luas lagi, Federspiel juga membahasnya dalam nuansa sosiologi yang lebih kental daripada yang dilakukan oleh Islah. Ada kajian semisal “Upaya Memahami Al-Qur’an dalam Bahasa Indonesia”, atau pada bagian “Memahami, Menghormati, dan Menikmati Al-Qur’an: Penggunaan Al-Qur’an yang Populer”. Dalam buku ini juga diketengahkan sedikit pembahasan soal tafsir berbaasa local, seperti Al-Ibriz, hanya saja—sekali lagi—diskusi mengenai tema ini masih minim.[14]


E.     Metodologi Penelitian
  1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah disebutkan, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan dengan cara melihat obyek pengkajian sebagai suatu system. Dengan kata lain, obyek kajian dilihat sebagai satuan yang terdiri dari unsur yang saling terkait. Penelitian kualitatif lebih mengutamanakan kualitas data, oleh karena itu teknik pengumpulan datanya banyak menggunakan wawancara yang berkesinambungan, dan dokumentasi.

Penelitian ini bersifat kualitatif. Artinya, penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis yang berupa kata-kata tertulis terhadap apa yang diteliti, atau dengan kata lain, data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskriptif.

  1. Sumber Data
Ada dua sumber data yang penulis akan telusuri. Yang pertama adalah yang berbentuk tulisan dan dokumen mengenai tafsir Al-Ibriz, dan yang kedua adalah sumber data yang berasal dari keluarga KH. Bisri Mustofa yang memiliki pengetahuan di seputar penulisan karya tafsir Al-Ibriz..



  1. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, atau informasi yang benar dan dipercaya. pengumpulan teknik dan alat pengumpul yang tepat memungkinkan data yang lebih akurat.[15] Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan dua metode, antara lain:
a.      Teknik Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. percakapan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan pihak yang diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.[16] Wawancara dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengungkap sumber-sumber yang tidak tersedia dalam buku-buku maupun dokumen.

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam teknik wawancara adalah: (a) Menentukan lokasi, (b) Menentukan informan yang dijadikan sebagai sumber informasi (c) Menentukan waktu wawancara (d) Membuat daftar pertanyaan wawancara, yang memuat hal-hal yang perlu ditanyakan kepada sumber. Sumber yang penulis pilih dalam wawancara ini adalah keluarga, serta teman dekat KH. Bisri Mustofa yang memiliki dokumentasi serta pengetahuan mengenai karya KH. Bisri Mustofa.
b.      Teknik Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengambil peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.[17]

  1. Teknik Analisis Data
Untuk memperoleh suatu simpulan yang benar, data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi, selanjutnya adalah mengorganisir catatan lapangan berdasarkan catatan-catatn khusus secara lengkap untuk dianalisis.

Teknik analisis data merupakan cara untuk mendapatkan hasil penelitian yang sistematis dari hasil pemerolehan wawancara, observasi dan dokumentasi. Perolehan data tersebut diorganisasi menjadi satu untuk dipakai dan diinterpretasikan sebagai bahan temuan untuk menjawab permasalahan penelitian.[18]

Analisis data merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengumpulan data. Data dan informasi yan berhasil dikumulkan secara berkelanjutan ditafsirkan maknanya. Data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif, yakni analisis yang dilakukan untuk memaparkan data-data hasil kualitatif. analisis ini tidak berkaitan dengan angka-angka akan tetapi berkaitan dengan kata-kata atau kalimat-kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.

Dalam menganalisis data penulis menggunakan tiga komponen, yaitu Reduksi data, Sajian data, dan Penarikan kesimpulan atau verifikasi.
1.      Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis selama penelitian. dengan demikian, reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dengan carasedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
2.      Penyajian Data
Penyajian data dimaksudkan sebagai proses analisis untuk merakit temuan data-data dan gagasan baru di lapangan dalam bentuk matrik (penyajian data). Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang pada dan mudah diraih, dengan demikian di dalam menentukan kesimpulan yang benar, penulis melakukan penarikan yang benar.
3.      Penarikan Simpulan
Ini adalah tahap akhir dari keseluruhan proses analisis data di atas, yakni memberikan titik simpul secara menyeluruh dari masalah penelitian hingga hasil analisis penelitian.[19]

F.      Sistematika Pembahasan
Penelitian ini akan disusun bab demi bab dengan rancang runtutan sebagai berikut. Bab Pertama adalah pendahuluan yang akan mengulas perihal latar belakang masalah yang menjadi pijakan awal penelitian ini. Di dalamnya juga terdapat rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjuan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian.

Bab Kedua menyusul dengan memberikan kerangka teori penelitian ini dengan pembahasan mengenai “Bentuk Penyajian Literatur Tafsir Al-Qur’an di Indonesia” dan biodata penulis dan sekaligus tafsir Al-Ibriz itu sendiri.

Bab Ketiga adalah jawaban dari pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah di bab pertama: pembahasan mengenai “Lokalitas Tafsir Al-Ibriz”, yang uraiannya dipecah dalam beberapa sub bab, yakni (1) Nuansa lokalitas tafsir Al-Ibriz, (2) Di balik pemilihan bahasa Jawa tafsir Al-Ibriz, dan (3) Aksara Arab-Pegon dalam tafsir Al-Ibriz. Pembahasan selanjutnya dipungkasi dengan Bab Keempat yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian, saran-saran, dan kalimat penutup.


G.    Daftar Pustaka
Abdul Mustaqim – Sahiron Syamsudin (ed.), Studi Al-Qur’an Kontemporer Wacana Baru Berbagai Metodologi Tafsir, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002).
Anthony Giddens, Mitchell Duneier, Richard AppelBaum, Introduction to Sociology, (New York: W.W. Norton & Company, Inc, 2007), hlm. 31-52.
Bisri Mustofa, Al-Ibriz li Ma’rifati Tafsir al-Qur’an al-Aziz bi al-Lughah al-Jawiyah, (Kudus: Menara Kudus, tt)
Donny Gahral Ardian, Martin Heiddeger, (Jakarta Selatan: Teraju, 2003)
Eric Lemay & Jennifer A. Pitts, Heiddeger untuk Pemula, (Yogyakarta: Kanisius, 2001)
Farid Esack, Samudera Al-Qur’an, (Yogyakarta: Diva Press, 2007)
Howard M. Feiderspiel, Kajian Al-Qur’an di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1994)
Ignaz Goldziher, Mazhab Tafsir dari Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: ElSaq, 2006).
Inyiak Ridwan Mudzir, Hermeneutika Filosofis Hans George Gadamer, (Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2008).
Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia dari Hermeneutika hingga Ideologi, (Jakarta Selatan: Teraju, 2003)
Kiptiyah, Embriologi dalam Al-Qur’an Kajian pada Proses Penciptaan Manusia, (Malang: UIN Malang Press, 2007).
Lexy Moleong, J., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Banudng: PT. Remaja Rosdakarya, 2002)
M. Quraish Shihab, Bisnis Sukses Dunia Akhirat, Berbisnis dengan Allah , (Jakarta: Lentera Hati, 2011)
M. Quraish Shihab, Dia Dimana-mana “Tangan” Tuhan Dibalik Setiap Fenomena, (Jakarta: Lentera Hati, 2006)
M. Quraish Shihab, Lentera Hati, Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung: Mizan, 2007).
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’I atas Pebagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 1996)
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an tentang Zikir dan Doa, (Jakarta: Lentera Hati, 2008);
M. Quraish Shihab, Yang Tersembunyi: Jin, Iblis, Setan, dan Malaikat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini, (Jakarta: Lentera Hati, 2007).
Maman Rahman, Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian, (Semarang: IKIP Press, 1993)
Muhammad Iqbal, Al-Qur’an Untuk Semua Umat Manusia, (Jakarta: Penerbit Harapan Baru, 2005).
Mustain Syafi’I, Tafsir Qur’an Aktual, (Jombang: Asrama Munzalan Mubaroka Tiga, 2000)
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 2004)
Rohendi Tjetjep Rohidi, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1992)
Stephen K. Sanderson, Makro Sosiologi Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003)
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Ci[ta, 1998)




[1] Pesan ini yang ingin juga digaungkan oleh Muhammad Iqbal dalam buku Al-Qur’an Untuk SemuaUmat Manusia, (Jakarta: Penerbit Harapan Baru, 2005).

[2] Lihat Farid Esack, Samudera Al-Qur’an, (Yogyakarta: Diva Press, 2007), hlm. 35-59.

[3] Dalam tradisi Hermeneutika, tema pembahasan ini biasanya masuk dalam kajian Hermeneutika filosofis yang diusung oleh dua tokoh penting, Martin Heiddeger dan muridnya Hans George Gadamer. Untuk pengantar lebih lanjut bisa ditelusuri dalam buku semisal Donny Gahral Ardian, Martin Heiddeger, (Jakarta Selatan: Teraju, 2003); Eric Lemay & Jennifer A. Pitts, Heiddeger untuk Pemula, (Yogyakarta: Kanisius, 2001); Inyiak Ridwan Mudzir, Hermeneutika Filosofis Hans George Gadamer, (Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2008).

[4] Selengkapnya dalam Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 2004), hlm. 71-121. Kajian yang memotret perkembangan metodologi tafsir juga dapat dicermati dalam Abdul Mustaqim – Sahiron Syamsudin (ed.), Studi Al-Qur’an Kontemporer Wacana Baru Berbagai Metodologi Tafsir, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002.

[5] Penjelasan detail dalam Abdul Mustaqim, Aliran-Aliran Tafsir, Madzahibut Tafsir dari Periode Klasik hingga Kontemporer, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005). Juga dalam kajian yang lebih ekstensif dari sudut outsider seperti Ignaz Goldziher, Mazhab Tafsir dari Klasik HIngga Modern, (Yogyakarta: ElSaq, 2006).

[6] Seperti gaya penulisan tafsir Mustain Syafi’I, Tafsir Qur’an Aktual, (Jombang: Asrama Munzalan Mubaroka Tiga, 2000), atau M. Quraish Shihab, Lentera Hati, Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung: Mizan, 2007).

[7] Quraish Shihab sangat piawai dalam menulis tafsir, baik yang utuh maupun yang tematik. Beberapa karya tafsir beliau yang ditulis secara tematik, antara lain: M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’I atas Pebagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 1996); Dia Dimana-mana “Tangan” Tuhan Dibalik Setiap Fenomena, (Jakarta: Lentera Hati, 2006; atau buku Bisnis Sukses Dunia Akhirat, Berbisnis dengan Allah , (Jakarta: Lentera Hati, 2011; Wawasan Al-Qur’an tentang Zikir dan Doa, (Jakarta: Lentera Hati, 2008); Yang Tersembunyi: Jin, Iblis, Setan, dan Malaikat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini, (Jakarta: Lentera Hati, 2007). Tafsir Indonesia lain yang ditulis secara tematik antara lain yang ditulis oleh Kiptiyah, Embriologi dalam Al-Qur’an Kajian pada Proses Penciptaan Manusia, (Malang: UIN Malang Press, 2007).

[8] Howard M. Feiderspiel, Kajian Al-Qur’an di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1994)

[9] Lihat Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia dari Hermeneutika hingga Ideologi, (Jakarta Selatan: Teraju, 2003), hlm. 61-64.
[10] Perhatikan Bisri Mustofa, Al-Ibriz li Ma’rifati Tafsir al-Qur’an al-Aziz bi al-Lughah al-Jawiyah, (Kudus: Menara Kudus, tt)
[11] Lihat Stephen K. Sanderson, Makro SosiologiSebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.43-51.
[12] Abdul Mustaqim, Aliran-Aliran Tafsir, Madzahibut Tafsir dari Periode Klasik hingga Kontemporer, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005).

[13] Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia dari Hermeneutika hingga Ideologi, (Jakarta Selatan: Teraju, 2003)

[14] Howard M. Feiderspiel, Kajian Al-Qur’an di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1994)
[15] Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Ci[ta, 1998), hlm. 142.

[16] Lexy Moleong, J., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Banudng: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 135.
[17] Maman Rahman, Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian, (Semarang: IKIP Press, 1993), hlm. 31.

[18] Rohendi Tjetjep Rohidi, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1992), hlm. 55.

[19] Keseluruhan Metodologi Penelitian ini juga disadur dari buku yang ditulis oleh Anthony Giddens, Mitchell Duneier, Richard AppelBaum, Introduction to Sociology, (New York: W.W. Norton & Company, Inc, 2007), hlm. 31-52.

2 komentar:

  1. dah laku berapa bang? semangat betul jualannya?

    BalasHapus
  2. dah laku berapa bang? semangat betul jualannya?

    BalasHapus

Text Widget

Text Widget