PROPOSAL
PENELITIAN
“LOKALITAS TAFSIR AL-IBRIZ”
Diajukan Sebagai Pemenuhan Tugas Ujian
METODOLOGI
PENELITIAN AGAMA DAN FILSAFAT
Oleh Abdul Haris
Akbar
A.
Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an
adala kitab suci yang turun menjadi petunjuk kehidupan bagi umat Islam.[1] Fungsi
ini terus demikian dari sejak zaman nabi Muhammad hingga masa di mana umat
Islam hidup hari ini. Satu adigium yang selalu lekat dengan al-Qur’an adalah
sifatnya yang shalih li kulli zaman wa makan, senantiasa kontekstual
dalam setiap zaman dan tempat.[2]
Universalitas
al-Qur’an ini bukanlah sebuah produk jadi. Ia perlu diperjuangkan melalui
serangkaian kegiatan ijtihad intelektual yang dinamai dengan “tafsir”. Ada
faktisitas historis yang tidak bisa dipungkiri. Al-Qur’an telah turun sekian
abad yang lalu kepada audiens Arab yang sudah built-in dengan segala
tata sosial-budayanya yang kompleks. Bahasa yang digunakan juga tersituasikan
oleh nuansa bahasa masyarakat saat itu. Di sisi lain, umat Islam yang hidup
pada hari ini tidak mengalami “akal budaya” tersebut. Lebih dari itu, kita
memiliki faktisitas historis sendiri.[3]
Ada jarak dan fakta
sejarah yang berbeda. Untuk alasan menjembatani komunikasi lintas ruang dan
waktu inilah lahir disiplin ilmu tafsir al-Qur’an. Ada serangkaian tata aturan,
ilmu alat yang harus dikuasai, metode-metode, serta perangkat lain yang
diperlukan untuk kegiatan “menafsir” tersebut. [4]
Dalam
perjalanannya, aktivitas menafsir al-Qur’an ini memunculkan “warna-warni” corak
dan ragam yang variatif. Di sana muncul tafsir yang lebih bernuansa fikih, maka
disebut tafsir fiqhi. Ada tafsir yang filosofis, maka dinamai tafsir
falsafi. Ada yang aksentuasinya menafsirkan secara sufistik, disebut tafsir
sufi. Yang berkencenderungan menafsirkan dengan nuansa ilmiah dinamai tafsir
ilmi. Kemudian juga yang kental dengan analisis sastrawi disebut tafsir adabi.
Demikian variasi terus mengelompok dalam kategori-kategori. Fenomena ini selanjutnya
dikaji dalam disiplin ilmu yang disebut “Madzahib at-Tafsir”.[5]
Tata cara
penyajian juga tidak kalah variatifnya. Pilihan ini adalah wilayah kreatif
mufassir. Sebanyak apa wujud kreatifitas tersebut sebanding dengan jumlah ide
kreatif di kepala para mufassir. Ada yang dikemas dalam rubrik Koran yang selalu
terbit setiap hari.[6]
Ada yang menyajikannya secara tematik, seperti gaya Quraish Shihab.[7] Ada yang
sifatnya menafsirkan utuh 30 juz, urut dari juz pertama hingga terakhir. Bentuk
ini bisa terbagi menjadi dua model. Ada yang penjelasannya global, yang disebut
dengan tafsir ijmali seperti Tafsir Jalalain, dan ada juga yang
penjelasannya panjang-lebar, disebut dengan tafsir tahlili seperti Tafsir
al-Kassyaf. Ada juga yang menafsirkan utuh 30 juz, tapi urutan ayat yang
ditafsirkan tidak tartib mushafi (sesuai dengan sistematika mushaf
al-Qur’an), melainkan berdasarkan tartib nuzuli (urutan ayat dalam penurunan
kewahyuannya), seperti yang dilakukan oleh Abid al-Jabiri.
Di Indonesia
sendiri, ragam diversitas aktifitas menafsirkan al-Qur’an juga sangat menarik. Howard
Federspiel melalui buku Kajian Al-Qur’an di Indonesia memotret upaya
memahami al-Qur’andalam bahasa Indonesia.[8] Islah
Gusmian melanjutkan kajian ini dengan sistematisasi dan peridisasi yang lebih
detail. Salah satu tema menarik di dalam buku Khazanah Tafsir Indonesia milik
Islah adalah saat mendiskusikan geliat penulisan tafsir al-Qur’an di Indonesia.
Lebih khususnya pada tema “Bahasa Melayu-Jawi dalam Penulisan Tafsir di
Nusantara”.[9]
Masalah bahasa
dan pilihan aksara yang digunakan dalam menulis tafsir menjadi hal yang unik di
Indonesia ini. Hari ini kita hampir menemukan karya tafsir selalu ditulis dalam
bahasa Indonesia dan aksara roman, semisal karya tafsir yang disusun oleh A.
Hassan, Mahmud Yunus, TM. Hasbi Ash-Shiddiqiy, Hamka, atau Quraish Shihab
dengan tafsir Al-Misbah-nya.. Pada periode awal, karya tafsir di
Nusantara banyak disusun dalam bahasa Melayu-Jawi, dengan aksara Arab pegon.
Beberapa yang tergolong demikian antara lain: Tarjuman al-Mustafid karya
Abdurrauf al-Sinkili, atau Kitab Fara’id al-Qur’an dan Tafsir Surah
al-Kahfi.
Beberapa
periode berikutnya, model kemasan tafsir ini kurang popular, karena bahasa dan
aksaranya yang terbatas pada kalangan tertentu saja. Era penjajahan Belanda
semakin menegaskan ketidakpopuleran tersebut dengan mengenalkan aksara roman. Pergeseran
pemilihan aksara ini mempengaruhi para mufassir dalam menyajikan penafsirannya.
Jika awalnya banyak tafsir ditulis dalam bahasa daerah dan aksara Pegon, maka setelah
pergeseran ini, bahasa daerah masih dipakai, tapi aksara yang digunakan adalah
roman, tidak lagi pegon. Ada negosiasi sosial-budaya dalam konteks ini. Keterpengaruhan
ini bisa dilihat dalam karya Tafsir al-Qur’an Suci Basa Jawi atau Iklil
li Ma’ani at-Tanzil karya KH. Misbah Zainul Mustafa.
Satu karya
tafsir yang menarik untuk diperhatikan adalah tafsir Al-Ibriz yang
disusun oleh KH. Bisri Mustofa.[10] Uniknya
terletak pada gaya penyajiannya yang masih mempertahankan gaya lama. Bahasanya
menggunakan bahasa daerah Jawa, dengan aksara Arab Pegon. Pilihan ini tentu satu
diferensiasi di tengah arus romanisasi dan pembahasa-Indonesia-an karya-karya
tafsir yang ada.
Keunikan inilah
yang dikaji lebih jauh di dalam proposal penelitian ini. Untuk membedah nuansa
lokalitas ini, penulis mencoba membedahnya melalui sosiologi, lebih khusus pada
asas sosiologi tentang “Masyarakat, Kebudayaan dan Adaptasi Manusia” sebagaimana
yang ditulis oleh Stephen K. Sanderson dalam buku Makro Sosiologi.[11]
B.
Rumusan Masalah
Rangkaian
deskripsi latar belakang masalah di atas, pada akhirnya mengantarkan pada pertanyaan
penelitian mengenai lokalitas tafsir Al-Ibriz, yakni “Apa latar belakang
penulisan karya tafsir Al-Ibriz dengan menggunakan bahasa daerah Jawa,
dan sekaligus aksara Arab-Pegon?”
C.
Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini
bertujuan untuk mengungkap motivasi, pertimbangan, serta keterpengaruhan karya
tafsir Al-Ibriz dengan audiens dan lingkungan di sekitar tafsir Al-Ibriz
ditulis.
D.
Tinjauan Pustaka
Beberapa buku yang
terkait dengan tema penelitian ini, di antaranya adalah apa yang sudah ditulis
oleh Abdul Mustaqim dengan bukunya yang berjudul Aliran-Aliran Tafsir
Madzahibut Tafsir dari Periode Klasik hingga Kontemporer. Buku memberikan
eksposisi global mengenai keragaman metode, gaya, serta nuansa tafsir. Buku ini
tidak membahas tafsir Al-Ibriz, akan tetapi model metodologi dan pemeridisasian
yang dipraktikkan cukup membantu penelitian ini.[12]
Islah Gusmian
dalam buku Khazanah Tafsir Indonesia dari Hermeneutika hingga Ideoogi,
yang memberikan klasifikasi-klasifikasi secara sistematis. Tafsir Al-Ibriz menjadi
salah satu tafsir yang juga masuk dalam penelitian buku ini. Hanya, porsinya sangat
singkat saja, mengingat ada sekitar 23 karya tafsir lain yang juga menjadi obyek
kajian buku ini.[13]
Buku yang lain
adalah yang ditulis oleh Howard M. Federspiel, Kajian Al-Qur’an di Indonesia
Dari Mahmud Yunus Hingga Quraish Shihab. Buku juga menyoroti keragaman tafsir
di Indonesia. Lebih luas lagi, Federspiel juga membahasnya dalam nuansa
sosiologi yang lebih kental daripada yang dilakukan oleh Islah. Ada kajian
semisal “Upaya Memahami Al-Qur’an dalam Bahasa Indonesia”, atau pada bagian
“Memahami, Menghormati, dan Menikmati Al-Qur’an: Penggunaan Al-Qur’an yang
Populer”. Dalam buku ini juga diketengahkan sedikit pembahasan soal tafsir
berbaasa local, seperti Al-Ibriz, hanya saja—sekali lagi—diskusi
mengenai tema ini masih minim.[14]
E.
Metodologi Penelitian
- Jenis dan Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan rumusan
masalah yang sudah disebutkan, penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif, yaitu pendekatan dengan cara melihat obyek pengkajian sebagai suatu
system. Dengan kata lain, obyek kajian dilihat sebagai satuan yang terdiri dari
unsur yang saling terkait. Penelitian kualitatif lebih mengutamanakan kualitas
data, oleh karena itu teknik pengumpulan datanya banyak menggunakan wawancara
yang berkesinambungan, dan dokumentasi.
Penelitian ini
bersifat kualitatif. Artinya, penelitian yang menghasilkan data deskriptif
analisis yang berupa kata-kata tertulis terhadap apa yang diteliti, atau dengan
kata lain, data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskriptif.
- Sumber Data
Ada dua sumber
data yang penulis akan telusuri. Yang pertama adalah yang berbentuk tulisan dan
dokumen mengenai tafsir Al-Ibriz, dan yang kedua adalah sumber data yang
berasal dari keluarga KH. Bisri Mustofa yang memiliki pengetahuan di seputar penulisan
karya tafsir Al-Ibriz..
- Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan,
atau informasi yang benar dan dipercaya. pengumpulan teknik dan alat pengumpul
yang tepat memungkinkan data yang lebih akurat.[15] Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan dua
metode, antara lain:
a.
Teknik Wawancara
Wawancara
adalah percakapan dengan maksud tertentu. percakapan dilakukan oleh dua pihak
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan pihak
yang diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
tersebut.[16]
Wawancara dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengungkap
sumber-sumber yang tidak tersedia dalam buku-buku maupun dokumen.
Adapun
langkah-langkah yang digunakan dalam teknik wawancara adalah: (a) Menentukan
lokasi, (b) Menentukan informan yang dijadikan sebagai sumber informasi (c)
Menentukan waktu wawancara (d) Membuat daftar pertanyaan wawancara, yang memuat
hal-hal yang perlu ditanyakan kepada sumber. Sumber yang penulis pilih dalam
wawancara ini adalah keluarga, serta teman dekat KH. Bisri Mustofa yang
memiliki dokumentasi serta pengetahuan mengenai karya KH. Bisri Mustofa.
b.
Teknik Dokumentasi
Dokumentasi
merupakan cara pengumpulan data dengan mengambil peninggalan tertulis, seperti
arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat teori, dalil-dalil
atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.[17]
- Teknik Analisis Data
Untuk
memperoleh suatu simpulan yang benar, data yang diperoleh dari hasil wawancara,
observasi dan dokumentasi, selanjutnya adalah mengorganisir catatan lapangan
berdasarkan catatan-catatn khusus secara lengkap untuk dianalisis.
Teknik
analisis data merupakan cara untuk mendapatkan hasil penelitian yang sistematis
dari hasil pemerolehan wawancara, observasi dan dokumentasi. Perolehan data
tersebut diorganisasi menjadi satu untuk dipakai dan diinterpretasikan sebagai
bahan temuan untuk menjawab permasalahan penelitian.[18]
Analisis data
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengumpulan data. Data dan
informasi yan berhasil dikumulkan secara berkelanjutan ditafsirkan maknanya.
Data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif, yakni analisis yang
dilakukan untuk memaparkan data-data hasil kualitatif. analisis ini tidak
berkaitan dengan angka-angka akan tetapi berkaitan dengan kata-kata atau
kalimat-kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.
Dalam
menganalisis data penulis menggunakan tiga komponen, yaitu Reduksi data, Sajian
data, dan Penarikan kesimpulan atau verifikasi.
1.
Reduksi Data
Reduksi data
diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis selama penelitian. dengan demikian, reduksi data merupakan suatu
bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang
tidak perlu dengan carasedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik
dan diverifikasi.
2.
Penyajian Data
Penyajian data
dimaksudkan sebagai proses analisis untuk merakit temuan data-data dan gagasan
baru di lapangan dalam bentuk matrik (penyajian data). Semuanya dirancang guna
menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang pada dan mudah diraih,
dengan demikian di dalam menentukan kesimpulan yang benar, penulis melakukan
penarikan yang benar.
3.
Penarikan Simpulan
Ini adalah
tahap akhir dari keseluruhan proses analisis data di atas, yakni memberikan
titik simpul secara menyeluruh dari masalah penelitian hingga hasil analisis penelitian.[19]
F.
Sistematika Pembahasan
Penelitian ini
akan disusun bab demi bab dengan rancang runtutan sebagai berikut. Bab
Pertama adalah pendahuluan yang akan mengulas perihal latar belakang
masalah yang menjadi pijakan awal penelitian ini. Di dalamnya juga terdapat
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjuan pustaka, metodologi
penelitian, dan sistematika penelitian.
Bab Kedua menyusul
dengan memberikan kerangka teori penelitian ini dengan pembahasan mengenai “Bentuk
Penyajian Literatur Tafsir Al-Qur’an di Indonesia” dan biodata penulis dan
sekaligus tafsir Al-Ibriz itu sendiri.
Bab Ketiga adalah
jawaban dari pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah di bab pertama:
pembahasan mengenai “Lokalitas Tafsir Al-Ibriz”, yang uraiannya dipecah dalam
beberapa sub bab, yakni (1) Nuansa lokalitas tafsir Al-Ibriz, (2) Di
balik pemilihan bahasa Jawa tafsir Al-Ibriz, dan (3) Aksara Arab-Pegon dalam
tafsir Al-Ibriz. Pembahasan selanjutnya dipungkasi dengan Bab Keempat
yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian, saran-saran, dan kalimat
penutup.
G.
Daftar Pustaka
Abdul Mustaqim –
Sahiron Syamsudin (ed.), Studi Al-Qur’an Kontemporer Wacana Baru Berbagai
Metodologi Tafsir, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002).
Anthony Giddens,
Mitchell Duneier, Richard AppelBaum, Introduction to Sociology, (New
York: W.W. Norton & Company, Inc, 2007), hlm. 31-52.
Bisri Mustofa, Al-Ibriz
li Ma’rifati Tafsir al-Qur’an al-Aziz bi al-Lughah al-Jawiyah, (Kudus:
Menara Kudus, tt)
Donny Gahral
Ardian, Martin Heiddeger, (Jakarta Selatan: Teraju, 2003)
Eric Lemay &
Jennifer A. Pitts, Heiddeger untuk Pemula, (Yogyakarta: Kanisius, 2001)
Farid Esack, Samudera
Al-Qur’an, (Yogyakarta: Diva Press, 2007)
Howard M.
Feiderspiel, Kajian Al-Qur’an di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1994)
Ignaz Goldziher, Mazhab
Tafsir dari Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: ElSaq, 2006).
Inyiak Ridwan
Mudzir, Hermeneutika Filosofis Hans George Gadamer, (Yogyakarta: Ar-Ruz
Media, 2008).
Islah Gusmian, Khazanah
Tafsir Indonesia dari Hermeneutika hingga Ideologi, (Jakarta Selatan:
Teraju, 2003)
Kiptiyah, Embriologi
dalam Al-Qur’an Kajian pada Proses Penciptaan Manusia, (Malang: UIN Malang
Press, 2007).
Lexy Moleong, J., Metodologi
Penelitian Kualitatif, (Banudng: PT. Remaja Rosdakarya, 2002)
M. Quraish Shihab, Bisnis
Sukses Dunia Akhirat, Berbisnis dengan Allah , (Jakarta: Lentera Hati, 2011)
M. Quraish Shihab, Dia
Dimana-mana “Tangan” Tuhan Dibalik Setiap Fenomena, (Jakarta: Lentera Hati,
2006)
M. Quraish Shihab, Lentera
Hati, Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung: Mizan, 2007).
M. Quraish Shihab, Wawasan
Al-Qur’an Tafsir Maudhu’I atas Pebagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan,
1996)
M. Quraish Shihab, Wawasan
Al-Qur’an tentang Zikir dan Doa, (Jakarta: Lentera Hati, 2008);
M. Quraish Shihab, Yang
Tersembunyi: Jin, Iblis, Setan, dan Malaikat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah,
serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini, (Jakarta: Lentera
Hati, 2007).
Maman Rahman, Strategi
dan Langkah-Langkah Penelitian, (Semarang: IKIP Press, 1993)
Muhammad Iqbal, Al-Qur’an
Untuk Semua Umat Manusia, (Jakarta: Penerbit Harapan Baru, 2005).
Mustain Syafi’I, Tafsir
Qur’an Aktual, (Jombang: Asrama Munzalan Mubaroka Tiga, 2000)
Quraish Shihab, Membumikan
Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung:
Mizan, 2004)
Rohendi Tjetjep
Rohidi, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1992)
Stephen K.
Sanderson, Makro Sosiologi Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003)
Suharsimi Arikunto,
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Ci[ta,
1998)
[1] Pesan
ini yang ingin juga digaungkan oleh Muhammad Iqbal dalam buku Al-Qur’an
Untuk SemuaUmat Manusia, (Jakarta: Penerbit Harapan Baru, 2005).
[2] Lihat
Farid Esack, Samudera Al-Qur’an, (Yogyakarta: Diva Press, 2007), hlm. 35-59.
[3] Dalam
tradisi Hermeneutika, tema pembahasan ini biasanya masuk dalam kajian
Hermeneutika filosofis yang diusung oleh dua tokoh penting, Martin Heiddeger
dan muridnya Hans George Gadamer. Untuk pengantar lebih lanjut bisa ditelusuri
dalam buku semisal Donny Gahral Ardian, Martin Heiddeger, (Jakarta
Selatan: Teraju, 2003); Eric Lemay & Jennifer A. Pitts, Heiddeger untuk
Pemula, (Yogyakarta: Kanisius, 2001); Inyiak Ridwan Mudzir, Hermeneutika
Filosofis Hans George Gadamer, (Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2008).
[4] Selengkapnya
dalam Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 2004), hlm. 71-121. Kajian yang
memotret perkembangan metodologi tafsir juga dapat dicermati dalam Abdul
Mustaqim – Sahiron Syamsudin (ed.), Studi Al-Qur’an Kontemporer Wacana Baru
Berbagai Metodologi Tafsir, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002.
[5]
Penjelasan detail dalam Abdul Mustaqim, Aliran-Aliran Tafsir, Madzahibut
Tafsir dari Periode Klasik hingga Kontemporer, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005).
Juga dalam kajian yang lebih ekstensif dari sudut outsider seperti Ignaz
Goldziher, Mazhab Tafsir dari Klasik HIngga Modern, (Yogyakarta: ElSaq, 2006).
[6] Seperti gaya
penulisan tafsir Mustain Syafi’I, Tafsir Qur’an Aktual, (Jombang: Asrama
Munzalan Mubaroka Tiga, 2000), atau M. Quraish Shihab, Lentera Hati, Kisah
dan Hikmah Kehidupan, (Bandung: Mizan, 2007).
[7] Quraish
Shihab sangat piawai dalam menulis tafsir, baik yang utuh maupun yang tematik. Beberapa
karya tafsir beliau yang ditulis secara tematik, antara lain: M. Quraish
Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’I atas Pebagai Persoalan Umat, (Bandung:
Mizan, 1996); Dia Dimana-mana “Tangan” Tuhan Dibalik Setiap Fenomena, (Jakarta:
Lentera Hati, 2006; atau buku Bisnis Sukses Dunia Akhirat, Berbisnis dengan
Allah , (Jakarta: Lentera Hati, 2011; Wawasan Al-Qur’an tentang Zikir
dan Doa, (Jakarta: Lentera Hati, 2008); Yang Tersembunyi: Jin, Iblis,
Setan, dan Malaikat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta Wacana
Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini, (Jakarta: Lentera Hati, 2007). Tafsir
Indonesia lain yang ditulis secara tematik antara lain yang ditulis oleh Kiptiyah,
Embriologi dalam Al-Qur’an Kajian pada Proses Penciptaan Manusia, (Malang:
UIN Malang Press, 2007).
[8] Howard M.
Feiderspiel, Kajian Al-Qur’an di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1994)
[9] Lihat Islah
Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia dari Hermeneutika hingga Ideologi, (Jakarta
Selatan: Teraju, 2003), hlm. 61-64.
[10]
Perhatikan Bisri Mustofa, Al-Ibriz li Ma’rifati Tafsir al-Qur’an al-Aziz bi
al-Lughah al-Jawiyah, (Kudus: Menara Kudus, tt)
[11] Lihat Stephen
K. Sanderson, Makro SosiologiSebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.43-51.
[12] Abdul
Mustaqim, Aliran-Aliran Tafsir, Madzahibut Tafsir dari Periode Klasik hingga
Kontemporer, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005).
[13] Islah
Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia dari Hermeneutika hingga Ideologi,
(Jakarta Selatan: Teraju, 2003)
[14] Howard M.
Feiderspiel, Kajian Al-Qur’an di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1994)
[15] Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Ci[ta, 1998), hlm. 142.
[16] Lexy Moleong, J., Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Banudng: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 135.
[17] Maman Rahman, Strategi dan Langkah-Langkah
Penelitian, (Semarang: IKIP Press, 1993), hlm. 31.
[18] Rohendi Tjetjep Rohidi, Analisis Data Kualitatif,
(Jakarta: Universitas Indonesia, 1992), hlm. 55.
[19] Keseluruhan
Metodologi Penelitian ini juga disadur dari buku yang ditulis oleh Anthony
Giddens, Mitchell Duneier, Richard AppelBaum, Introduction to Sociology,
(New York: W.W. Norton & Company, Inc, 2007), hlm. 31-52.
dah laku berapa bang? semangat betul jualannya?
BalasHapusdah laku berapa bang? semangat betul jualannya?
BalasHapus