ZAKARIA, YAHYA, DAN
MARYAM
(Tugas Ujian Studi Komparatif Al-Qur’an dan Kitab Suci Agama-agama)
Oleh: Abul Haris Akbar (SQH A)
Abstrak
Makalah
ini mencoba untuk memperbanding kisah nabi Zakaria, Yahya, dan Maryam, di dalam
Al-Qur’an dan Bible. Sumber utama dan menjadi model penyajian makalah ini
didasarkan pada situs bibleandkoran.net dengan tema “Zacharias, John,
Mary/ Zakariya, Yahya, Maryam” dalam folder “Koran and Bible Side by Side”. Bahan
ini kemudian dipanjang-lebarkan uraiannya dengan menambahkan hal-hal yang belum
ter-cover dalam uraian di situs terbut.
Tiga
tokoh yang menjadi subyek kajian makalah ini memiliki kedekatan hubungan
keluarga. Terlahir sebagai orang-orang yang saleh, dan kisah mereka diabadikan
dalam kitab suci Islam maupun Kristen. Bagaimanakah kedua kitab suci ini merekam
kisah hidup mereka? Inilah yang menjadi bahasan makalah ini.
Hasil kajian
makalah ini menunjukkan, lebih banyak kesamaan yang ditemukan di antara kedua
kitab suci. Pada substansinya, baik Bible maupun Al-Qur’an menempatkan posisi
Zakaria—dan utamanya pada—Yahya, Maryam, dan Isa sebagai tokoh-tokoh suci yang
menjadi teladan umat manusia. Poin penting dari hasil kajian ini adalah pada titik
kesamaan substansial yang dapat menjadi modal, menjadi ruang dialog, dan alasan
bagi umat Kristen dan Islam merasa sebagai saudara.
Kajian
ini juga menyertakan lampiran—dalam file terpisah—untuk melihat bunyi ayat yang
dikutip dalam penyajian makalah ini secara lengkap.
Zakaria, Yahya, dan Maryam
Pertama-tama, dalam usaha studi perbandingan kisah Zakaria,
Yahya, dan Maryam ini penulis menggunakan sistematika dan pemilihan tema yang
terdapat dalam situs bibleandkoran.net yang menggunakan penyajian side
by side.
A. DAFTAR
TEMA
Berikut ini adalah daftar tema perbandingan beserta ayat
yang dikutip:[1]
Al-Kitab
|
|
|
Al-Qur’an
|
||||||||
|
|
|
|
B. TOKOH-TOKOH
Beberapa tokoh kunci yang terkait adalah Zakaria
= Zacharias, Yahya = John = Yohanes, Maryam = Maria atau Mary, Isa = Jesus. Seperti
yang nanti digambarkan dalam skema di bawah, antara Zakaria dengan Yahya adalah
hubungan ayah dengan anak. Zakaria dengan Maryam adalah paman dengan keponakan.
Yahya dengan Maryam, saudara sepupu. Sedangkan Yahya dengan Isa adalah hubungan
paman dengan keponakan.
C. BEBERAPA
KESAMAAN DENGAN SEDIKIT PERBEDAAN
Zakaria, Yahya, dan Maryam adalah tiga tokoh
yang sama-sama diceritakan, baik oleh al-Quran maupun Alkitab—dengan beberapa
persamaan dan perbedaan. Berikut ini adalah plot utama dengan beberapa
perbedaan kecil di dalamnya::
1.
Pengisahan
tentang keajaiban: memiliki anak di usia (suami-istri)
senja atau mandul, yakni istri Nabi Zakaria. Di dalam Alkitab, sang istri
bernama Elizabet, sedangkan di dalam Al-Qur’an tidak disebutkan secara
eksplisit—dan ini adalah gaya Al-Qur’an, jarang menyebut nama wanita. Al-Qur’an
lebih sering menyandarkannya kepada sang suami. Misal, tidak menyebut Elizabet
tetapi “Imra’atu Imran” (istrinya Imran); tidak menyebut Zulaikha tetapi
Imra’atu al-Aziz (istri Sang Raja) [seperti dalam surat 12:30]; tidak
menyebut Asiyah tetapi Imra’atu Fir’aun (istrinya Fir’aun) [28:90].
Demikian seterusnya seperti Imra’atu Luth (istrinya Lut) atau Imra’atu
Nuh (istrinya Nuh).
Hal yang perlu dicatat adalah, Zakaria memiliki
saudari perempuan bernama Hannah. Zakaria memperistri Elizabet, dan Hannah
diperistri oleh Imran dalam versi al-Qur’an. Kedua keluarga ini sama-sama belum
dikaruniai keturunan hingga mereka berdua lanjut usia.[2] Namun
kedua keluarga ini tidak putus asa,[3] hingga
Tuhan memberi kabar gembira keduanya. Zakaria dan Elizabet dikaruniai anak laki-laki
bernama Yahya,[4]
dan Hannah bersama Imran dikaruniai anak perempuan yang diberi nama Maryam—yang
di kemudian hari akan melahirkan nabi Isa.[5]
Al-Qur’an tidak memerinci perihal kegiatan
istri nabi Zakaria saat hamil, dan tidak memotret usia kehamilannya, sedangkan
Alkitab menerangkan hal tersebut, seperti yang tercantum dalam Lukas 1:24, Lukas
1:26.
Mengenai motivasi nabi Zakaria untuk memiliki
keturunan, versi al-Qur’an menyebutkan demi lahirnya generasi penerus
perjuangan nabi Zakaria untuk mengingatkan Bani Israil agar menyetiai agama
yang dibawa nabi Musa. Lihat surat Maryam: 5. Sedangkan versi Al-Kitab
menyebutkan motivasinya sebagai “menghapus kehinaan”. Lihat Lukas 1:25.
1.
Gambar Silsilah Nabi Zakaria, Yahya, Maryam, dan Isa
2.
Berita
tentang kelahirannya sama-sama disampaikan oleh malaikat.
Baik Al-Qur’an maupun Alkitab menceritakan
bahwa berita gembira berupa kelahiran (di usia senja) itu disampaikan melalui malaikat
dengan tanda “tidak bisa bicara selama tiga hari” bagi Zakaria.
Perbedaannya adalah, Alkitab menandai “tidak bisa
bicara”-nya Zakaria sebagai hukuman karena Zakaria sempat tidak percaya dengan
kabar yang disampaikan malaikat. Lihat Lukas 1:20. Zakaria memang sempat
bertanya: “Bagaimana mungkin aku masih bisa punya anak, sedangkan aku sudah sangat
tua dan istriku mandul?!” Pertanyaan inilah yang dinilai sebagai tidak percaya
atas berita melaikat, sehingga Zakaria dihukum tidak bisa bicara selama tiga
hari.
Versi Al-Qur’an juga merekam bagaimana kondisi
psikis Zakaria yang gembira sembari juga terkejut mendapatkan kabar bahwa dia
akan mendapat keturunan. Zakaria bertanya keheranan karena begitu bahagianya:
“Bagaimana mungkin aku masih bisa punya anak, sedangkan aku sudah sangat tua
dan istriku mandul?!” “Itu mudah bagi Tuhan-mu”, dan Zakaria meminta diberikan
tanda untuk meneguhkan hatinya. Tuhan mengiyakan permohonan Zakaria, dan tanda kebenaran
berita tersebut adalah Zakaria tidak bisa bicara kepada siapapun selama tiga
hari.
Jadi, “bisu”-nya Zakaria adalah hukuman,
menurut Alkitab; sedangkan menurut Al-Qur’an “kebisuan” itu justru memang tanda
yang diminta oleh Zakaria sendiri untuk meneguhkan hatinya agar tidak bimbang.
- Kesamaan Al-Qur’an dan Alkitab dalam menjelaskan Yahya sebagai seseorang yang saleh.
D. BEBERAPA
PERBEDAAN
Beberapa perbedaan antara Al-Qur’an dan Alkitab
terletak dalam penggambaran nabi Yahya.
- Ekspos detil kehidupan nabi Yahya tidak banyak disinggung oleh al-Qur’an, dan sama sekali tidak dijelaskan perihal kematian nabi Yahya, sedangkan Alkitab menjelaskan dengan lebih rinci mengenai hidup dan meninggalnya nabi Yahya.
- Di dalam Alkitab, nabi Yahya disebut sebagai “Yahya Sang Pembaptis”, karena memang nabi Yahya-lah yang membaptis Isa sebelum ia menjadi tuhan. Peran nabi Yahya yang demikian ini tidak ada di dalam al-Qur’an. Al-Qur’an hanya menggelari nabi Yahya sebagai anak Zakaria dan seorang nabi yang saleh.
Bagi al-Qur’an, Yahya bukan pembaptis, tetapi Nabi
istimewa dengan 10 keutamaan (Lihat surat Maryam: 12-14, dan Ali Imran: 39)
Beliau digambarkan oleh al-Qur’an dengan kualitas-kualitas: (1) diberi hikmah
sejak masih kecil, (2) memiliki belas-kasih (3) orang suci, (4) bertakwa, (5)
berbakti kepada dua orang tuanya, (6) bukan orang yang sombong dan durhaka, (7)
membenarkan kalimat Allah, (8) yang menjadi panutan, (9) orang yang mampu menahan
diri, dan (10) seorang Nabi yang saleh. Jadi, al-Qur’an lebih mendudukkan nabi
Yahya sebagai seorang tokoh teladan daripada sebagai tokoh yang memegang
jabatan (pembaptis).
E. BEBERAPA
CATATAN MENARIK
1.
Mengenai
Maria atau Maryam, ia adalah tokoh perempuan yang diistimewakan oleh al-Qur’an.
Seperti yang telah disebutkan, al-Qur’an jarang sekali menyebutkan nama
perempuan, dan nama Maryam adalah bagian dari perkecualian itu—bahkan ia
dijadikan nama dari surat ke sembilanbelas di dalam al-Qur’an.
Versi al-Qur’an sedikit berbeda dengan Versi
Alkitab dalam hal pencantuman keterangan bahwa Maryam atau Maria telah
bertunangan dengan Yusuf keturunan Daud saat mengandung Isa. Lihat Lukas 1:27.
Perbedaan lainnya adalah, Versi al-Qur’an
mencatat interaksi Maryam lebih banyak bersinggungan dengan nabi Zakaria, yang
saat itu menjadi wali atau pengasuhnya saat Maryam masih kecil. Ini berbeda
dengan Versi Alkitab yang banyak menayangkan slide di mana Maryam banyak
berinteraksi dengan Elizabet (istri nabi Zakaria)—seperti yang tercantum dalam
tema “Elizabet dan Maria” di bawah nanti.
2.
Jika
Alkitab menerangkan rekaman terbunuhnya Yahya, al-Qur’an cenderung untuk tidak menampilkannya.
Meskipun demikian, al-Qur’an menyebutkan soal “tragedi pembunuhan terhadap
nabi-nabi” yang dilakukan oleh Bani Israil. Ada 6 ayat yang menerangkan tragedi
tersebut: 2:61, 2:91, 3:21, 3:112, 3:181, 4:155. Rata-rata, pelaku yang
melakukan pembunuhan itu adalah kaum Yahudi. Ironisnya, yang mereka bunuh
adalah nabi mereka sendiri, dari kalangan mereka sendiri. Banyak nabi telah
mereka bunuh.. Nabi Yahya mereka bunuh, kemudian nabi Zakaria juga mereka bunuh
dengan modus mutilasi.
3.
Alkitab
memberikan citra Yahya sebagai sosok yang dihormati juga oleh Isa atau Jesus,
karena Yahyalah yang membaptisnya sebelum menjadi tuhan. Al-Qur’an juga memberikan
kesan demikian—meskipun tidak karena soal baptis-membaptis. Ini tersirat dari
bentuk ucapan salam yang khas bagi dua nabi ini. Dua salam ini terkandung dalam
satu surat yang sama, yakni surat Maryam. Komposisi lafalnya hampir serupa,
hanya penuturnya saja yang berbeda. Untuk nabi Yahya, Allah sendiri yang
memberikan salam tersebut, sehingga salam itu berbunyi:
N»n=yur Ïmøn=tã tPöqt t$Î!ãr tPöqtur ßNqßJt tPöqtur ß]yèö7ã $wym
Kesejahteraan atas dirinya (Yahya) pada hari ia dilahirkan dan
pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali. (Maryam:
15)
Sedangkan untuk Isa, ucapan
salamnya ia ucapkan sendiri, dengan bunyi:
ãN»n=¡¡9$#ur ¥n?tã tPöqt N$Î!ãr tPöqtur ÝVqãBr& tPöqtur ß]yèö/é& $|ym
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan
kepadaku (Isa), pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari
aku dibangkitkan hidup kembali. (Maryam: 33)
Dari
bentuk salam dan penuturnya ini, al-Qur’an mengesankan bahwa dalam beberapa
hal, Yahya, sang paman, lebih diistimewakan oleh al-Qur’an, karena ucapan
salamnya berasal dari Tuhan langsung.
Salah satu buku Nabi-Nabi Allah, yang mengisahkan nabi-nabi
dalam agama Islam, menuliskan persona nabi Yahya sebagai berikut.
“Sebagaimana
nabi Khidhir a.s. (alahi as-salam) mendapatkan anugerah berupa ilmu
langsung dari sisi Allah, Yahya a.s. juga mendapatkan karunia yang berupa
[sifat] hanan dari sisi-Nya. Jika ilmu adalah pemahaman, maka hanan adalah
ilmu menyeluruh yang tercermin dalam bentuk cinta dan kasih sayang yang
mendalam terhadap alam. Seolah-olah hanan adalah salah satu tinkatan
perasaan cinta yang lahir dari alam.”[6]
4.
Sebagai Informasi tambahan, Syauqi Abu
Khalil dalam buku Atlas of The Qur’an menuliskan keterangan bahwa nama
nabi Yahya disebutkan hanya lima kali di dalam al-Qur’an, yakni: Ali Imran: 39;
al-An’am: 85; Maryam: 7,12; al-Anbiya’: 90. Buku tersebut juga menyebut Masjid
Umawi di Damaskus yang disebut sebagai monumen nabi Yahya. Syauqi menandai
beberapa tempat yang terkait dengan nabi Yahya: Damaskus, Palestina, dan Sungai
Jordan—yang sering dikatakan sebagai tempat nabi Yahya membaptis nabi Isa.[7]
Daftar Pustaka
Ahmad Bahjat, Nabi-Nabi Allah, (Jakarta Timur:
Qisthi Press, 2008)
Hilmi Ali Sya’ban, Nabi Zakaria, (Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 2011)
http://www.bibleandkoran.net/verhaal.php?lIntEntityId=23
(diakses tanggal 06 Oktober 2011)
Shauqi Abu Khalil, Atlas of The Qur’a, Places, Nations,
Landmarks, An Authentic Collection of The Qur’anic Information with Maps,
Tables, & Pictures, (Riyadh: Darussalam, tt) hlm, 136-139.
[2] Lihat
uraian historis dari Hilmi Ali Sya’ban, Nabi Zakaria, (Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 2011)
[3] Pernyataan
optimistik Nabi Zakaria ini terekspos dalam surat Maryam ayat 4: “Ya Tuhanku,
sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan
aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku.”
[4] Merujuk pada
Al-Qur’an surat Maryam [19]: 2-7, surat Al-Anbiya’ [21]: 90,
[5] Merujuk pada
Al-Qur’an surat Ali Imran [3]: 35-37
[6] Lihat Ahmad
Bahjat, Nabi-Nabi Allah, (Jakarta Timur: Qisthi Press, 2008), hlm. 436.
[7] Lihat Shauqi
Abu Khalil, Atlas of The Qur’a, Places, Nations, Landmarks, An Authentic
Collection of The Qur’anic Information with Maps, Tables, & Pictures, (Riyadh:
Darussalam, tt) hlm, 136-139.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar