Ya Karim, Sabda Nabi
Oleh: Hasan Husen Assagaf
Diriwayatkan ketika Rasulallah saw
sedang bertowaf, beliau mendengar seorang A’rabi (Arab Badui dari gunung)
berkata dengan suara keras “Ya Kariim”. Rasulallah saw pun
mengikutinya dari belakang dan berkata “Ya Kariim”. Kemudian A’rabi
itu berjalan menuju ke arah pancuran Kab’ah lalu berkata lagi dengan suara
lebih keras “Ya Kariiim”. Rasulallah saw pun mengikutinya dari
belakang, juga berkata “Ya Karim”. Berasa ada yang mengikutinya dari
belakang, A’rabi tadi menengok ke arah suara, lalu berkata,
“Apa maksudmu mengikuti perkataanku?.
Apakah kau sengaja mengejekku karena aku seorang A’rabi, Arab Badui dari
gunung?. Demi Allah, kalau bukan karena wajahmu yang bersinar dan parasmu yang
indah maka aku akan adukan hal ini kepada kekasihku Muhammad, Rasulallah saw.”
Rasulallah saw pun tersenyum lebar
mendengar uraian A’rabi tadi, lalu berkata,
“Wahai saudaraku, apakah kau pernah
melihat Rasulallah?”
A’rabi tadi berkata,
“Aku belum pernah melihatnya sama
sekali.”
Rasulallah saw lalu berkata lagi,
“Apakah kamu beriman kepadanya?”
“Demi Allah, aku beriman kepadanya
walaupun aku belum pernah melihat wajahnya, dan percaya dengan risalahnya
walaupun aku belum pernah bertemu muka dengannnya,” tegasnya.
Lalu Rasulallah saw berkata,
“Ketahuilah, wahai saudaraku, bahwa
sesungguhnya aku adalah Nabimu di dunia dan pemberi syafa’at bagimu di
Akhirat.”
Begitu A’rabi tadi mengetahui bahwa
beliau adalah Rasulallah saw, dengan sepontan ia menarik tangan beliau lalu
menciumya berkali kali. Walaupun Rasulallah saw berusaha menarik tangan beliau,
tapi A’rabi tadi tetap memegangnya dengan keras dan menciumnya. Lalu dengan
penuh tawadhu’ beliau menahan lagi tangannya sambil menariknya, seraya berkata,
“Perlahan-lahan wahai saudaraku,
sesungguhnya aku diutus sebagai Nabi bukan sebagai raja, aku diutus sebagai
saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, bukan perkasa dan
penyombong”
Seketika itu juga malaikat Jibril as
turun dari langit kepada Rasulallah saw lalu berkata,
“Allah mengucapkan salam kepadamu,
dan mengkhususkan tahiyyatNya atasmu. Dia berfirman, ‘Katakanlah kepada A’rabi
janganlah merasa bangga dengan amal kebaikanya, sesungguhnya esok Kami akan
menghisab amalnya yang kecil sebelum yang besar, bahkan sampai yang sekecil
kecilnya tidak akan diluputkan.’ “
Lalu Rasulallah saw menyampaikan
pesan Allah kepada A’rabi tadi. A’rabi pun berkata,
“Apakah Allah akan menghisabku kelak,
ya Rasulallah?”
Rasulallah saw berkata,
“Iya betul, dengan kehendakNya, Allah
akan menghisabmu kelak”
A’rabi tadi lalu berkata lagi,
“Jika Allah akan menghisabku esok,
maka akupun akan menghisabNya kelak”
Rasulallah saw merasa heran mendengar
jawaban A’rabi tadi, lalu berkata
“Wahai saudaraku, bagaimana caranya
kamu akan menghisab Allah kelak?”
Dengan lantang dan penuh keyakinan
A’rabi tadi berkata,
“Jika Allah akan menghisabku atas
dosa-dosa yang aku lakukan, maka aku akan menghisabNya atas ampunanNya yang
maha luas. Jika Dia akan menghisabku dengan maksiat yang aku perbuat, maka aku
akan menghisabNya atas maghfirahNya yang tidak terbatas. Jika Dia akan
menghisabku atas kekikiranku maka aku akan menghisabNya atas kemurahanNya yang
tanpa batas”.
Mendengar uraian A’rabi tadi,
Rasulallah saw menangis tersedu-sedu sehingga jenggot beliau basah dengan
airmata. Tangisan Rasulallah saw didengar oleh malaikat Jibril as yang
membuatnya turun lagi dari langit, lalu berkata kepada beliau,
“Wahai Rasulallah, janganlah kamu
menangis, sesungguhnya Arsy dan seisi-isinya bergetar mendengar
tangisamu.Katakanlah kepada saudaramu A’rabi sesungguhnya Allah tidak akan
menghisabnya dan ia tidak usah menghisabNya. Katakanlah bahwa ia akan menjadi
temanmu nanti di surga”
****
Kisah di atas patut dijadikan bahan
renungan. Agar kita memiliki sifat tawadhu’ dan sikap hidup yang selalu memberi
perhatian kepada yang rendah dan yang di bawah. Biarpun kita memiliki kedudukan
yang tinggi dan terhormat, semua itu tak berarti sedikit pun jika tak memiliki
sifat perhatian kepada yang rendah dan yang di bawah. Nah, kalau begitu,
jadilah kita seseorang yang memiliki jiwa seperti Rasulallah saw yang selalu
tawadhu’, sederhana, dan menghormati semua kelompok manusia tidak perduli
apapun kedudukanya.
“Allahumma shalli a’la sayyidina
Muhammad wa a’la alihi wa shahbihi wa sallim”
Wallahu a’lam
Sumber
http://hasanalsaggaf.wordpress.com/category/ya-karim-sabda-nabi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar