Serat Centhini. Buku yang terdiri 4 jilid tulisan Elizabeth
D. Inandiak. Ini kubaca bertahap sejak skitar tanggal 20an November tahun ini. Aku
terinspirasi membacanya setelah membaca buku Kamasutra saduran dari
Anand Krisna. Di buku terakhir ini aku penasaran dengan gembar-gembor buku Kamasutra
yang katanya sempat menghebohkan obrolan kaum pria (dan wanita?) karena
isinya yang memperbincangkan teknik-teknik bercinta.
Dulu sewaktu masih ABG aku merasa heran bercampur ingin tahu,
bagaimana bisa sebuah buku teknik bercinta ditulis dan tersebar sedemikian
ramainya. Karena budaya yang selama ini kuhidupi sering menutup rapat wacana
seputar seksualitas, tabu. Tapi perlahan-lahan memasuki usia dewasa aku mulai
menganggapnya biasa saja karena sering disebutkan dari mulut ke mulut
teman-teman.
Baru belakangan ini aku merasa nggeh bahwa dalam agama
Hindu seksualitas itu sesuatu yang penting, seperti keberadaan Candi Hindu yang
isinya hanya ada Lingga (simbol kelamin laki-laki) dan Yoni (simbol kelamin
perempuan). Jadi, tidak sekadar traktat tulisan yang dibuat, tapi juga diwujudkan
sebagai elemen penting dalam arsitektur Candi. Hehehe. Kebayang, ada Candi yang
isinya adalah kunthul dan temfik.
Bagiku yang sudah terbiasa terkondisikan dengan norma-norma
yang menabukan seksualitas, maka keberadaan Candi tersebut sangat menggelikan
dan unik. Tapi setelah membaca lebih jauh, ternyata Lingga dan Yoni tadi tidak
hanya sekadar simbolisasi kelamin semata, melainkan juga perwakilan dari
elemen-elemen kosmos, seperti halnya teori Yin-Yang di dalam khazanah
kebudayaan Cina.
***
Di dalam buku Kamasutra saduran Anand Krisna,
halamannya sangat tipis. Jadi, mungkin hanya ringkasan-ringkasan saja yang
disajikan. Beberapa yang menarik untuk kucatat adalah soal perbedaan gradual
atau bertingkat antara nafsu (birahi), cinta, dan kasih. Hubungan yang paling
sederhana, antara laki-laki dengan perempuan, bisa dibaca dalam tiga kerangka tersebut.
Jika yang lebih banyak bicara dalam hubungan tersebut adalah sesuatu
di bawah perut sedikit, maka hakikat hubungan itu semata nafsu. Rendah. Jika
ditinggikan ke dada (hati) yang melandasi hbungan tersebut, maka itu disebut
cinta. Dan jika seseorang mampu mentransendensikannya lebih tinggi lagi, itulah
yang disebut kasih.
***
Selain tiga klasifikasi di atas, ada pula catatan yang bisa kuambil
dari pembahasan mengenai optimalisasi organ-organ tubuh guna mencapai orgasne
(biologis maupun spiritual), penjelasan mengenai khasiat bahan-bahan yang
diambil dari alam, seperti tumbuh-tumbuhan, madu, telur, hingga manfaat air
seni pertama kali kita di pagi hari yang mempunyai kandungan zat antiseptik
sangat tinggi.
***
Seperti juga di dalam agama Hindu, seksualitas itu sesuatu penting
dalam agama Islam. Lihat saja bagaimana al-Qur’an mengatur soal tersebut. Misalnya
ayat yang menyebutkan bahwa istri-istrimu adalah ladang-ladangmu, maka
datanagilah sesukamu; kamu adalah pakaian bagi istrimu, dan istrimu adalah
pakaian bagimu, dan ayat-ayat yang lain pasti masih banyak lagi jika
didalami.
Tidak hanya nas al-Qur’an saja, Nabi Muhammad juga banyak menyabdakan
hal-hal terkait dengan etika seksualitas, seperti yang bisa anda jumpai dalam
kitab-kitab semisal Qurratul Uyun atau Uqudul Lijain. Disana ada
etika tidak boleh mendatangi istri dari belakang, tidak boleh mencabut zakar secara
sepihak sewaktu jima’ jika sang istri belum puas, dan lain-lain.
Pembahasan seksualitas tentu saja penting di dalam agama
Islam. dan seksualitas itu sendiri selalu berdampingan dengan fikih yang
membahas soal hukum. Tilik saja misalnya larangan berzina (hubungan seksual di
luar nikah) diimbangi dengan jalan keluar menikah. Hal ini dimaksudkan untuk
menjaga kemaslahatan genetika serta kesehatan. Itulah penalaran yang sejauh ini
bisa kita berikan.
Gambaran penyimpangan seksual juga disebutkan di dalam al-Qur’an.
Misalnya kisah tentang umat nabi Luth yang berhubungan dengan sesama jenis
(Homoseksual atau Lesbi). Bahkan al-Qur’an juga menceritakan kisah nabi Yusuf
yang digoda (zina) oleh Siti Zulaikha. Terkait dengan ayat ini, ada sekelompok
minor yang menolak keotentikan ayat tersebut dicantumkan di dalam kitab
al-Qur’an. Mereka meyakini, itu pasti diselipkan oleh orang-orang yang ingin
merusak al-Qur’an. Itulah anggapan mereka. Alasannya, bagaimana mungkin kitab
suci yang semulai al-Qur’an memuat kisah yang hot seperti itu?! Gus Dur
pernah membahas soal ini dalam sebuah kesempatan. Silahkan ditelusuri sendiri.
Yap! Terlepas dari kontroversi di atas, yang pasti kita bisa
melihat bagaimana slide-slide mengenai seksualitas juga dibicarakan oleh
al-Qur’an—dan, cara penyajiannya lebih dibingkai dalam kiasan-kiasan daripada
vulgar. Bahkan, yang menarik, terkait dengan wacana seksualitas ini, Nabi
Muhammad pernah berujar bahwa tidak termasuk umatku siapa saja yang menbenci
sunnahku, dan menikah adalah sunnahku. Jadi, hidup selibat sangat ditentang
oleh Islam, meskipun juga tidak sampai pada hukum haram. Persoalan bagaimana
mencegah zina juga dijelaskan oleh sang nabi. Misal hadis yang berbunyi: wahai
para pemuda, jika kalian sudah mampu untuk ba’ah, maka menikahlah. Karena itu
lebih menundukkan pandangan mata (baca: tidak jelalatan, tidak menjadi kucing
garong? Hehehe). Jika kalian tidak mampu, maka puasalah. Jadi, disini ada
semacam mekanisme biologis untuk menyiasati masalah seksualitas.
Pendeknya, jika mau menggali benar-benar, sesungguhnya sangat
kaya sekali khazanah Islam mengenai seksualitas. Mungkin aku juga perlu
menjadwalkan diri untuk membaca buku Seksualitas dalam Islam yang berisi
tulisan dari banyak kontributor mengenai seksualitas.
***
Oke, apapun itu, yang kubicarakan tentang Kama Sutra atau
Serat Centhini sebenarnya perpanjangan kebutuhan tahu tentang
seksualitas pasca aku menikah dengan adikku (baca: istriku). Setelah mengumpulkan
bahan-bahan referensi dari internet soal pengetahun dan tips seksual yang sehat,
aku juga mengingat-ingat kembali tulisan sewaktu menjadi notulen/ transkriptor
untuk seminar kesehatan reproduksi yang diisi oleh mbak Habibah. Selain itu, aku
juga memanfaatkan entri poin yang pernah kubaca dari situs wikipedia soal
seksualitas. Dan tentu saja, tidak ketinggalan, video-video.
Nah, dari yang terakhir (video) aku punya catatan, bagaimana
seksualitas di Barat sudah menjadi sebuah candu, barang yang sangat mudah
didapatkan, dan sudah sedemikian kpmersial. Seksualitas menjadi komoditi. Artinya,
orang melakukan seks, direkam menjadi film, kemudian dijual ke seluruh dunia. Beberapa
buku yang pernah kujumpai sudah ada yang menganilis tingginya keuntungan
materiil (uang) dari bisnis film porno. Dalam sebuah catatan, bisnis film porno
menempati bisnis terlaris ketiga setelah opium atau obat-obatan narkotika.
Beberapa juga ada yang mengaitkan masifnya penyebaran film porno ke seluruh
dunia dengan agenda tersembunyi dari Zionis untuk menghancurkan moral
bangsa-bangsa. Who knows?
ccv
Ayiko Musashi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar