Pride & Prejudice. Tema filmnya sebenarnya tidak terlalu deep
banget. Yah, cerita tentang sebuah keluarga miskin inggris (mohon dicatat,
semiskin-miskinnya warga Inggris kalau pindah ke Indonesia pasti jadi kaya!)
yang kelima anaknya perempuan semua, cantik semua. Nah, cerita kemudian
bergulir di antara anak kedua yang bertemu dengan seorang pemuda bangsawan kaya
raya. Kesan pertama sang bangswan pertama kali kurang menyenangkan bagi Lizzy,
panggilan akrab Elizabeth, si anak kedua tadi. Tapi berjalan dengan waktu,
banyak peristiwa dan fakta yang membuat Lizzy justru jatuh cinta pada sang
bangsawan. Dan sang bangsawan memang juga menyukai Lizzy. Jadi, pendeknya ini
mirip seperti kisah Cinderella.
Lalu, apanya yangmenarik? Pertama, karena bintangnya memang
cantik, anggun, dan berkarakter. Aktingnya pun sangat dijiwai sehingga ekspresi
yang muncul di setiap adegan menjadi hidup dan tidak mengada-ada. Kedua,
meskipun tema dan pesan filmnya biasa-biasa saja, tapi cara penuturan ceritanya
bagus. Tidak ada melodrama, atau eksploitasi emosi yang plastis. Dan ketiga,
karena pengambilan gambarnya bagus. Kalau tidak salah ingat, ada banyak scene
yang selalu mengikut sertakan keindahan alam. Luasnya padang rumput yang
hijau terbentang. Jurang dan bukit yang hijau, dan seorang gadis berdiri anggun
di ujung sebuah jurang. Gambarnya di-shoot Long-Shot sehingga kita bisa
melihat sebuah komposisi di sana. Ada juga nuansa subuh, dan momentum sesaat
sebelum matahari pagi merekah.
Whatever, film ini sedap dipandang, meski toh aku belum dapat clue hubungan
serius antara isi cerita film dengan judulnya—kecuali beberapa adegan yang
mengisahkan tentang kesombongan (Pride) dan Prasangka (Prejudice) di dua tokoh,
Lizzy dan sang Bangsawan tadi.
051109
Ayiko Musashi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar