Titik itu kecil, tapi berperan banyak dan tidak kecil. Makna
sebuah kalimat bisa berubah hanya karena posisi titik. Dalam geometri, garis
adalah sekumpulan titik, dan titik memiliki derajat lebih mendasar dari pada garis.
Kalau garis adalah objek berdimensi satu, maka titik adalah objek ‘berdimensi
nol’.
Titik itu objek spesifik
yang tidak melibatkan volume, luas, panjang, atau analog-analog lainnya pada
dimensi yang lebih tinggi. Dalam matematika, titik bisa berperan memilah bilangan
puluhan, ratusan, ribuan atau jutaan. Ia juga berperan sebagai representasi
desimal, simbol perkalian, dan seterusnya. Di dalam seni lukis, grafis, atau
nirmana, titik adalah elemen dasar dari sebuah gambar. Demikian juga dalam
dunia fotografi atau percetakan, ada istilah pixel. Itu adalah jumlah
kepadatan titik dalam sebuah gambar. Maka kemudian ada satuan ukuran ppi (pixel
per inch) dan dpi (dot per inch).
Budaya
Jawa punya Batik. Ada yang mengatakan, nama batik itu adalah gabungan dari suku
kata terakhir dari dua kata ini: amba (menulis) dan titik (titik).
Yang kemudian diartikan sebagai “Manghamba pada Titik”, dan memang titik
merupakan desain dominan pada batik. Dalam dunia komputer, titik itu delimiter yang biasa
disebut dot, seperti dalam lookup DNS dan nama berkas: www.wikipedia.org, document.doc,
192.168.0.1. Dan nanti, kata titik bisa dikombinasikan dengan
kata lain untuk membentuk sebuah makna baru, seperti titik balik, titik
koordinat, titik kulminasi matahari, titik temu, titik terang, titik
episentrum, titik impas, titik magnetik, titik pangkal, titik pusat, Titiek Puspa,
dan macam-macam.
Dalam tradisi sufi, ada fenomena Titik Ba’ yang merangkum
segala realitas yang dipadatkan, dimampatkan. Logikanya begini. Seluruh yang
ada dan terjadi dalam kehidupan ini sudah terangkum dalam kitab suci al-Qur’an.
Lalu seluruh al-Qur’an sudah terangkum isinya dalam surat al-Fatihah—dan itulah
mengapa ia disebut Ummul Kitab, karena ia mengandung seluruh isi dan
tema dari surat-surat selainnya. Kemudian, surat al-Fatihah juga sudah
terkandung di dalam Basmalah. Dan seluruh kandungan Basmalah masuk di dalam
huruf Ba’. Sampai akhirnya, kandungan huruf Ba’ itu sendiri menggumpal
lagi ke dalam Titik Ba’.
Jika astronomi memiliki teori Bigbang yang menjelaskan
awal mula semesta raya, bahwa semesta ini bermula dari satu titik kecil dengan massa
yang padat-pejal sedemikian rupa, lalu meledak dengan kekuatan yang luar biasa,
hingga dari ultra-supernova itu merekahlah alam semesta yang terus
mengembang ini [lihat juga al-Ahzab:31], maka melalui fenomena Titik Ba’ di
atas tadi, semua yang mengembang itu dirangkum, dimampatkan, dan dipejalkan kembali
ke dalam satu titik luar biasa padat isi, yakni Titik Ba’ tadi.
Huruf mim juga sering dipakai sebagai simbolisasi
maqam di dalam tasawuf. Mim adalah huruf yang mempunyai titik di tengah.
Titik itu adalah titik putih dalam lubang huruf Mim, yang menjadi simbolisasi
sikap "Aku tidak melihat sesuatu kecuali Allah didalamnya". Sehingga
muncul ungkapan: Aku Ahmad tanpa Mim—yang berarti Ahad.
Titik punya peranan yang sangat penting dalam sejarah ortografi
teks al-Qur’an, khususnya, dan perkembangan huruf Arab pada umumnya. Nuqthah
(titik di dalam bahasa Arab) itu secara fungsional terbagi menjadi dua, yakni Nuqthah al-I’jam, tanda titik yang membedakan
antara huruf nun, ba’, ta’, tsa’ dengan ya’;
ra’ dengan za’;
tha’ dengan zha’; antara jim, ha’, dan kha’. Kemudian
yang kedua adalah Nuqthah al-I’rab atau titik yang berperan sebagai harokat
(syakal) suatu huruf. Ini adalah sistem ortografi yang digagas oleh Syeikh Abu
al-Aswad ad-Duali, yang kemudian disempurnakan oleh Syeikh al-Khalil bin Ahmad
menjadi lambang fathah-kasrah-dlommah seperti yang kita lihat sekarang ini
di mushaf-mushaf al-Qur’an itu.
Dan Masih banyak lagi sebenarnya tentang titik-titik ini.
Ayiko Musashi,
Jogja, 15 Maret 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar