V FOR VENDETTA itu film kartunal yang bagus. Kompleksitas
yang dibawanya cukup tinggi. Nuansa teatrikalnya juga terlihat dari karakter
tokoh, jalinan cerita, kostum, dan pilihan kata sang V yang metaforis dan
liris.
Dari satu sisi, film V For Vendetta itu se-tipe dengan film
trilogi Bourne, In The Name of The Father, Flash of Genius, atau novel 1984
milik George Orwell. Jadi tiran itu pada dasarnya lahir dari kekuasaan.
Biasanya demikian. V For Vendetta memberikan pesan bahwa jenis kejahatan itu
juga bias berupa Kejahatan Pemerintah.
Ini, meminjam istilah Putu Wijaya, adalah sebuah terror
mental. Penonton digelitik bertanya. Selama ini sudah terbangun opini yang
mapan bahwa pemerintah adalah pihak yang benar, menegakkan keadilan, dan
menangkap yang jahat; dan yang jahat ada di luar pemerintah. Jika pun terbukti
ada yang terlibat kejahatan di antara personalnya, maka langsung diantisipasi
dnegan menyatakan bahwan “itu adalah oknum”. Pemerintah seolah institusi yang
anonym. Jadi kenyataan bahwa yang disebut pemerintah itu sebenarnya juga adalah
person-person yang bekerja dalam sebuah system menjadi terabaikan. Pemerintah
itu sudah anonym.
Nah, terlepas dari diskusi soalk anonimitas, nalar
logosentrisme tadilah yang dibongkar oleh film V For Vendetta. Kejahatan juga
bias dilakukan oleh pemerintah. Ini tentu saja terdengar absurd, tapi memang
begitulah. Kekuasaan adalah sihir yang sangat melenakan. Apapun bias diusahakan
untuk melestarikannya, meskipun dengan menukarkan kebebasan rakyat yang
dinaunginya, atau dengan menciptakan ketakutan massal yang sedemikian canggih
hingga tak tersadari.
Dengan politik yang didasarkan pada ketakutan, rakyat
digiring untuk merasa butuh dan tergantung kepada pemerintah. Faktanya adalah
rakyat telah dikondisikan dan dikendalikan sedemikian rupa. Wow! Tidak percaya?
Coba lihat bagaiamana teori konspirasi bekerja. Lihat film ini dan beberapa
novel seperti 1984.
Setelah itu semua, media adalah peranti utama yang
mengendalikan setiap pikiran, emosi, ketakutan, harapan, dan gejolak yang ada
di setiap jiwa rakyat biasa. Scenario yang besar, bukan?!
Tapi tenang, wamakaru wa makarallah.. hahaha!
NB:
Setelah lihat film ini, aku kaget ternyata pemeran Evey yang
cantik itu ternyata si Natalie Portman. You know what, dud?! Tadi malam
aku lihat film Closer, dan bintang yang aku sukai, si Alice, ternyata Natalie
Portman. Jadi setengah tidak sengaja aku ketemu dia dua kali dengan jeda yang
singkat dalam peran dan karakter yang berbeda. Hahaha. Saluto.
211009
Ayiko Musashi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar